Faktor keberhasilan dalam beternak babi salah satunya adalah genetik. Jika kita ingin memiliki peternakan babi yang baik, maka seleksi gilt menjadi sangat penting. Faktor genetik juga harus disesuaikan dengan tujuan beternak anda, apakah anda fokus di breeder atau penggemukan. Perbaikan genetik biasanya harus mencakup beberapa hal, seperti laju pertumbuhan, status penyakit, perkembangan organ reproduksi / seksual, riwayat performance reproduksi (interval sapih ke estrus kembali, jumlah anakan, angka sapihan, produksi air susu), struktur tubuh dan program replacement.
Terkait dengan program seleksi gilt untuk replacement, kita harus melakukan seleksi yang ketat agar menghasilkan ternak dengan kualitas terbaik. Kita bisa memproduksi sendiri atau membeli dari sumber yang terpercaya. Pastikan struktur / konformasi tubuh ideal dan tidak terdeteksi adanya cacat genital. Gilt yang belum mengalami pubertas biasanya diberi ransum khusus secara ad libitum sampai mencapai berat 113–125 kg / berusia 5–6 bulan. Pada saat ini, kita bisa mulai menyeleksi dan calon induk dipindahkan ke kandang persiapan untuk proses isolasi dan aklimatisasi. Terkait dengan tujuan beternak babi, ada 2 sistem pemeliharaan yang umumnya dilakukan para peternak untuk menghasilkan performance terbaik.
Ada peternakan yang menerapkan penggunaan purebreed dan crossbreed (kawin silang). Heterosis (hybrid vigor) adalah fenomena di mana kinerja keturunan kawin silang melebihi rata-rata hewan induk. Efisiensi produksi menjadi tujuan dalam perkawinan silang ini karena kita menggabungkan sifat induk yang terbaik sehingga menghasilkan keturunan yang optimal. Performa reproduksinya memainkan peran utama dalam profitabilitas sehingga efek heterosis menjadi jalan terbaik untuk dimaksimalkan. Jika kita bertujuan untuk menciptakan babi potong dengan kualitas baik, heterosis ini adalah komponen yang sangat berharga dari setiap sistem produksi daging babi karena dapat meningkatkan kinerja reproduksi, seperti meningkatkan berat sapihan 21 hari sampai 27% dan juga berdampak positif pada pertumbuhan dan efisiensi pakan.
Skema Terminal.
Jika tujuan anda beternak adalah menciptakan babi potong yang dijual ke pasar untuk memenuhi kebutuhan daging babi, maka program terminal bisa digunakan. Babi betina yang umum dipakai adalah Yorkshire dan Landrace, sedangkan pejantan menggunakan Duroc atau Hampshire. Babi betina, baik betina F1 atau betina persilangan tiga breed, dikembangbiakkan dengan breed pejantan pilihan. Semua keturunan yang dihasilkan dari skema ini akan menjadi babi potong yang dikirim ke pasar, sehingga peternak dengan sistem ini harus mempersiapkan calon induk / gilt pengganti dengan program terpisah atau membeli dari sumber yang terpercaya.
Keuntungan dari menggunakan sistem ini adalah kita dapat mempertahankan 100% heterosis pada induk babi dan babi potong yang kita hasilkan, memberikan kesempatan untuk sepenuhnya memanfaatkan kekuatan setiap ras murni, menghasilkan keseragaman hewan yang berkembang biak dan babi potong yang baik karena setiap hewan memiliki susunan genetik yang sama, serta sistem relatif mudah dikelola karena kita tidak dipusingkan dengan alokasi tempat untuk memproduksi calon induk / gilt pengganti dan hanya fokus untuk memproduksi babi potong.
Skema Rota Terminal.
Jika kita mempunyai dana dan lokasi untuk menjadi peternak yang fokus juga dalam memproduksi bibit unggul dengan membuat calon induk / gilt pengganti sendiri, maka skema Rota Terminal diatas menjadi pilihan. Dalam sistem rotaterminal, dua atau lebih breed digunakan dalam persilangan untuk menghasilkan babi betina unggul. Sekali lagi, Yorkshire dan Landrace umumnya yang dipakai para peternak pembibitan karena kombinasi ini akan menghasilkan indukan dengan sifat gabungan yang baik, yaitu sifat keibuan dan jumlah anak yang banyak. Jika jalur betina menggunakan 3 breed maka sifat heterosis induk betina adalah 86%, tetapi jika hanya menggunakan 2 breed maka heterosisnya 67%. Babi pejantan yang dihasilkan dari galur betina yang kuat ini akan digunakan untuk produksi calon induk / gilt pengganti, sedangkan babi betinanya akan dikawinkan dengan pejantan babi ras terminal untuk menghasilkan babi potong seperti skema pertama diatas. Kira-kira 15% dari peternakan harus berkomitmen untuk produksi betina dengan sisanya (85%) digunakan untuk memproduksi babi potong.
Keuntungan menggunakan Rota terminal ini adalah kita juga tetap bisa mempertahankan 100% heterosis untuk menghasilkan babi potong yang baik sekaligus memberikan kesempatan untuk menghasilkan betina pengganti sendiri atau dijual ke peternak lain, gilt pengganti diproduksi dari jalur babi betina terbaik, memastikan kinerja induk yang terbaik, serta menghasilkan babi potong yang seragam karena dikawinkan dengan babi pejantan unggulan. Duroc dan Hampshire dipilih salah satunya karena memiliki tubuh yang besar dengan tekstur otot yang baik sehingga daging yang dihasilkan lebih baik. Beberapa breeder lokal di Indonesia telah mampu memproduksi pejantan unggul juga setelah mereka melakukan proses perbaikan genetik yang relatif lama, mulai dengan import semen beku dari luar negeri, proses perkawinan dan seleksi ketat juga untuk memastikan kualitas yang dihasilkan adalah yang terbaik.
Kontrol Penyakit.
Selain masalah genetik dan manajemen pemeliharaan, program pengendalian kesehatan (disease control) juga harus diperhatikan agar usaha kita tidak mengalami kerugian karena adanya serangan penyakit. Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome (PRRS), Porcine Parvovirus (PPV), Porcine Circovirus type 2, Porcine Epidemic Diarrhea (PEDv), Pseudorabies (Aujeszky disease), Japanese Encephalitis (JE), Swine Influenza (SIV), Brucellosis, Chlamydiosis, Leptospirosis dan penyakit menular lainnya dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kinerja reproduksi pada kandang kita.
Tantangan penyakit bisa muncul tergantung pada umur ternak saat infeksi dengan manifestasi di berbagai variasi umur kebuntingan. Idealnya, populasi babi di kadang breeding baik itu gilt, induk dan pejantan harus di program vaksin sesuai dengan tantangan yang terdeteksi di lapangan agar produksi tidak terganggu. Proses isolasi dan aklimatisasi untuk gilt sebaiknya dilakukan dalam 60 – 90 hari. Tujuannya adalah mendapatkan calon induk pilihan yang berkualitas baik, menghindari masuknya patogen baru akibat membeli calon induk dari luar dan mempersiapkan status imun calon induk untuk bisa beradaptasi dengan tantangan patogen yang sudah ada di farm kita. Hal yang harus dilakukan antara lain adalah pengamatan visual dan uji laboratorium untuk memastikan status kesehatan calon induk (Elisa dan PCR test).
Proses aklimatisasi umumnya dilakukan dengan program vaksinasi. Selain itu, “pengenalan” patogen yang sudah bersirkulasi di kandang bisa dilakukan dengan paparan langsung calon induk dengan babi betina afkir dan feses / kotoran (feedback). Paparan alami terhadap patogen yang sudah endemik ini juga bisa memberikan perlindungan penting terhadap penyakit seperti PRRS, parvovirus, dan influenza, tetapi pastikan anda memiliki tenaga lapangan yang ahli dalam hal ini sehingga proses ini bisa berjalan dengan baik. Jika anda ragu dengan proses paparan alami, program vaksinasi mungkin menjadi opsi yang relatif aman.
Jika kita berfokus pada babi potong, maka kita bisa langsung membeli calon induk dari sumber pembibitan yang terpercaya.dan masuk ke tahapan isolasi dan aklimatisasi sebelum masuk ke kandang indukan untuk dikawinkan. Tetapi, jika anda sudah mampu untuk memproduksi calon induk sendiri, maka proses ini harus mulai dilakukan dari saat kelahiran. Selain itu, jika kapasitas gilt yang dihasilkan ternyata berlebih maka kita juga mempunyai peluang untuk menjual ke peternak kecil yang belum mampu memproduksi sendiri calon induk di lokasi peternakannnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam gilt development yang dimulai dari fase kelahiran antara lain adalah :
• Berat lahir < 1,3 kg dapat menurunkan potensi reproduksi sebagai akibat dari negatif efek pada perkembangan saluran reproduksi. • Asupan kolostrum yang tidak mencukupi dapat merusak ovarium dan uterus calon indukan yang mengakibatkan penundaan usia pubertas, berkurangnya masa kinerja reproduksi, dan bahkan kinerja laktasi yang buruk. • Gilt yang dihasilkan dari genetik pejantan yang kuat lebih cenderung memiliki keberhasilan kawin yang lebih rendah, jumlah anak sedikit dan jumlah puting susu yang lebih sedikit dibandingkan dengan gilt yang dihasilkan dari genetik betina yang kuat (lihat skema rotaterminal) • Jika rata-rata pertambahan berat badan sebelum sapih adalah > 125 gram / hari maka cinderung akan meningkatkan angka perkawinan dan farrowing pada calon induk yang dihasilkan • Hanya gilt dengan usia penyapihan > 25 hari yang dianggap berpotensi digunakan sebagai calon induk pengganti Masa pubertas dianggap sebagai indikator kemampuan reproduksi ternak yang baik. Jika proses berjalan cepat maka akan menurunkan biaya produksi.
Masa pubertas ini tergantung pada berbagai faktor, termasuk genotipe, berat badan, status gizi, musim, dan manajemen. Paparan terhadap pejantan dewasa (boar effect) adalah yang paling berpengaruh dari semua faktor manajemen. Efek pejantan dewasa ini paling kuat ketika calon induk / babi betina terpapar melalui penglihatan, suara, sentuhan, dan bau. Paparan pejantan dewasa secara langsung terhadap calon induk yang berumur 5 – 6 bulan selama 10 – 20 menit / hari mampu memberikan stimulus yang memadai. Pada fase ini, pencatatan sangat penting.
Jika calon induk tidak mengalami estrus pertama pada saat berat badan mencapai 136 kg dan berumur 210 hari (30 minggu) maka harus dikeluarkan. Kontak langsung dengan pejantan ini mungkin dibeberapa individu hanya menimbulkan gejala estrus awal yang lemah, sehingga program deteksi estrus ini harus didukung dengan tenaga lapangan / personel yang berpengalaman. Calon induk yang sudah dikawinkan 2-3x tetapi belum juga bunting, sebaiknya juga diganti / culling untuk meminimakan kerugian.Seleksi final calon induk umumnya tidak dilakukan sebelum 20 minggu.
Hal – hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam program “gilt development” selanjutnya antara lain adalah : • Gilt harus memiliki berat badan ideal yang memungkinkan untuk mencapai berat kawin 135-150 kg pada umur 30-34 minggu. • Gilt harus memiliki kedalaman lemak (backfat) P2 minimal 12 mm. • Seleksi ketat terhadap struktur tubuh / konformasi dan bentuk kaki – induk yang menderita pincang biasanya memiliki jumlah kelahiran babi yang lebih rendah (kemungkinan karena peradangan kronis). • Mulai umur 25-28 minggu, gilt harus dipaparkan dengan pejantan dewasa (umur > 10 bulan) setidaknya 1x sehari selama 20 menit – eksposur idealnya dilakukan dalam kelompok kecil, yaitu <12 gilt / pejantan dengan kontak (penggunaan pejantan vasektomi juga umum dilakukan) – stimulasi pubertas idealnya menghasilkan 85-90% gilt yang estrus pada usia 30 minggu – setelah diseleksi, 10 -15 % populasi yang lain sebaiknya di culling karena kemungkinan populasi tersebut tidak subur – gilt yang sudah terseleksi harus diberi formulasi pakan dengan diet khusus dengan pemberian secara ad libitum sampai masa akan dikawinkan.
Jika anda masih baru akan memulai usaha peternakan babi dan masih bingung dalam menganalisa kebutuhan gilt, Gilt Replacement Simulator ini bisa menjadi acuan untuk memulai usaha peternakan babi atau pengembangan lokasi ternak selanjutnya.
Kesimpulan.
Menetapkan tujuan dalam beternak babi adalah langkah awal dalam memulai usaha. Kebanyakan peternak berfokus pada memproduksi babi potong yang siap dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan bading babi. Pemilihan calon induk dalam usaha peternakan babi sangat krusial. Jika salah dalam berinvestasi maka performance yang diharapkan mungkin tidak tercapai. Jika kita masih belum mampu untuk memproduksi sendiri calon induk yang baik, maka sebaiknya kita membeli dari breeder / peternak yang mempunyai reputasi baik dan sumber yang terpercaya.
Proses isolasi dan aklimatisasi calon induk juga merupakan hal penting lainnya, mengingat status kesehatan calon induk harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan yang ada di kandang breeding. Program biosekuriti, medikasi dan vaksinasi yang tepat akan menunjang kesiapan calon induk untuk berproduksi secara optimal. Pastikan anda berkonsultasi dengan dokter hewan atau tenaga profesinal lainnya untuk mendapatkan solusi yang tepat dalam menjalankan usaha peternakan babi anda.
Penulis : drh Bintang Mas Kamdoro – Managemen SDM ADHMI (sumber : https://rumahternak.com/2021/05/15/manajemen-calon-induk-gilt/)