INVESTASI TERNAK, CARA PASTI MENJADI PETANI MILIARDER

INVESTASI TERNAK, CARA PASTI MENJADI PETANI MILIARDER

Drh. Suryadi Pappa

 

Kaya menurut defenisi KBBI mempunyai banyak harta (uang dan sebagainya) dan kebanyakan orang bila ditanyakan cita-citanya ialah ingin menjadi orang kaya. Mencapai kekayaan adalah impian semua orang sehingga dapat menikmati hidup alias hidup yang lebih makmur. Oleh karena itu, ada begitu banyak praktek huru-hara di luar sana yang akan menjanjikan untuk menjadikan anda lebih cepat kaya tidak peduli bagaimana caranya. Temuan kasus investasi bodong, korupsi projek pemerintah serta pembunuhan anggota keluarga agar asuransi dapat dicairkan hanyalah secuil kasus yang kerap kali dilakukan hanya untuk mencapai kekayaan.

Memang ada begitu banyak cara untuk menjadi kaya namun perlu untuk dipertimbangkan kembali bahwa apakah cara tersebut dapat dibenarkan secara moral, etika dan keagamaan. Oleh karena itu, sebagai seorang Vet saya kemudian tertarik untuk mencoba mengulik cara yang dilakukan kebanyakan orang untuk menghimpun kekayaannya dengan tetap memperhatikan rambu-rambu dan etika sosial yang berlaku di masyarakat.

4 Cara Menjadi Kaya Raya

Tom Corley seorang penulis buku Rich Habit: The Daily Success Habits of Wealthy Individuals mengemukakan studinya pada 233 orang dalam kurun waktu 5 tahun mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa setidaknya ada empat jalan yang bisa dilakukan oleh orang kebanyakan bila ingin mencapai sukses dan kekayaan diantaranya ialah:

  1. Menabung lewat investasi, < 22% orang melakukan ini. Metode ini terbilang lama dan melelahkan namun menjadi jalan termudah dan terpasti untuk menjadi kaya raya melalui metode compound interest (uang yang berputar). Berinvestasi pada sektor keuangan yang menjanjikan return tinggi seperti Saham maupun Cryptocurrency dapat anda lakukan bila profil resiko anda tinggi. Namun buat anda yang tinggal di desa dengan profil resiko yang konservatif dan butuh kepastian maka berinvestasi pada Ternak adalah cara yang lebih logis untuk menjadi seorang miliarder. Kelemahan metode ini adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai kekayaan sangat lama dan perlu usaha ekstra dan berbau kotor untuk seorang peternak.
  2. Spesialisasi bidang tertentu, ada 19% orang melakukan ini. Menjadi seorang spesialisasi pada bidang tertentu yang diakui dan dibayar dengan tarif premium. Bidang ini dapat dikelompokkan menjadi spesialisasi yang memerlukan legislasi khusus seperti Dokter SpesialisLawyers Internasional, dan Aktuaris. Serta bidang tertentu tanpa legislasi khusus namun diakui kepakarannya seperti ChefPresenterProgrammerEntertainerAktorArtis, dan lain-lain. Jalan ini terbilang sulit karena harus mendedikasikan dirinya puluhan tahun dibidang tersebut untuk benar-benar diakui kepakarannya. Celakanya sudah tidak ada jalan untuk kembali ketika menceploskan diri ke bidang tersebut sehingga disiplin yang tinggi, komitmen dan belajar yang sungguh sangat diperlukan.
  3. Panjat karir, sekitar 31% orang melakukannya. Pilihan ini dilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai posisi strategis di perusahaan sehingga mendapatkan income yang tergolong tinggi seperti Manajer hingga Direktur. Jeleknya orang-orang akan melakukan beragam cara yang jelek hingga melakukan fitnah dan menjatuhkan sesama rekan kerja hanya untuk diakui kapasitasnya oleh seorang pimpinan atau bos.
  4. Pemimpi, ada sekitar 28% orang-orang yang bermimpi dan melakukannya. Tipe ini penuh dengan resiko dan umumnya melakukan praktek jual-beli atau yang dikenal dengan profesi Pedagang ataupun Pengusaha. Cara ini paling beresiko dan kemungkinan gagalnya sudah pasti terjadi sehingga dibutuhkan mental yang kuat untuk bekerja gila-gilaan, bertahan dalam krisis serta pivot ke industri lain ketika industri telah berganti. Umumnya perusahaan akan berganti atau bisa saja mati di usia < 10 – 15 tahun sehingga anda harus bersiap untuk pivot.

Untuk seorang Petani, kemungkinan untuk menjadi kaya raya hanya dapat dilakukan melalui poin 1 dan poin 4 namun resiko yang ditanggung pada poin 4 sangat tinggi untuk seorang petani yang berkekurangan modal. Apalagi bila melihat potensi merugi dan effort yang dia keluarkan kian menjadi tidak masuk akal untuk dikerjakan sehingga mengambil langkah konservatif dan pasti adalah cara paling mudah dan teraman untuk mengamankan kekayaan di masa tua.

Ingat, Ternak adalah Mata Uang yang Sebenarnya

Pada tahun 2019 kita mungkin dikagetkan dengan dengan kondisi ambruknya ekonomi Cina akibat penyakit ASF (African Swine Fever) sehingga menyebabkan kelangkaan daging babi di negeri tirai bambu tersebut. Dampak baik malah berpihak pada Qin Yinglin yang saat itu menjadi seorang peternak babi tiba-tiba menjadi salah satu orang terkaya fersi forbes dengan total kekayaan ditaksir setara dengan 194 triliun rupiah.

Qin Yinglin memulai usaha peternakan babinya dari modal awal sekitar 23 babi dan telah menjadi triliuner di usia 54 tahun. Kira-kira bagaimana caranya? Apakah memang dia memiliki kapital yang lebih besar atau melakukan monopoli pasar. Oleh karena itu, sebagai seorang Vet menarik untuk mengulik tentang bagaimana pengalaman seorang Qin Yinglin menghimpun pundi-pundi kekayaannya.

Jauh sebelum uang kertas berlaku di dunia ini, dahulu kala orang-orang telah mempercayai ternak dan logam mulia sebagai salah satu mata uang yang dapat dipertukar-jualbelikan. Sifat ternak ini tergolong unik karena nilainya akan tetap Stabil sekalipun negeri ini dilanda bencana maupun krisis seperti krisis energi atau krisis pangan sama seperti logam mulia Emas dan Perak.

Tapi logam mulia nilainya tidak bertambah maupun berkurang sementara keunikan ternak ialah nilainya malah bertambah seiring dengan pertambahan bobot badan dan masih mampu bereproduksi karena ternak adalah makhluk hidup. Itulah sebabnya dimasa lalu, profesi sebagai Penggembala atau Peternak begitu populer dan terkenal karena kekayaannya dapat dihitung lewat jumlah ternaknya.

Walaupun cara ini masih relevant hingga saat ini, sudah cukup banyak milenial dan gen-z yang memilih untuk tidak berprofesi sebagai peternak karena banyak pertimbangan seperti bekerja di sektor peternakan itu bau, kotor, kolot, kucel, hingga miskin. Faktor modal yang besar, kebutuhan makin banyak dan mendesak, serta tuntutan keluarga apalagi sudah sarjana menjadi sebab untuk meninggalkan dunia pertanian.

Bila kita estimasikan Qin Yinglin saat itu baru lulus dari perguruan tinggi dengan umur 25 tahun, kemudian untuk mencari modal usaha ia bekerja pada perusahaan selama 2 tahun sehingga ia baru benar-benar memulai usaha peternakannya di usia 27 tahun maka ada gap 27 tahun waktu yang dibutuhkan oleh Qin untuk menjadi seorang triliuner di usia 54 tahun.

Bila kita estimasikan:

23 ekor babi Qin adalah 1 induk dan 1 pejantan maka; ada sekitar 12 ekor betina dan 11 ekor pejantan, sehingga dalam kurun waktu 27 tahun diperoleh, estimasi induk yang diternakkan tidak produktif sehingga anaknya sekali melahirkan 5 ekor dalam setahun, induk babi mampu melahirkan 2 kali setahun

  •  12 ekor induk * 5 ekor anak * 2 kali melahirkan setahun = 120 ekor anak babi
  • 120 ekor * 27 tahun = 3240 ekor anak babi

dengan mengambil pertimbangan anak babi dihargai harga termurah Rp 500,000 * 3240 ekor = 1,62 milyar

Note! Kalkulasi belum menghitung pertambahan bobot badan dan penambahan jumlah induk babi.

Lalu Bagaimana Cara Qin Mencapai Triliuner?

1 Triliun = 1.000 milyar

Bila kita kalkulasikan rasanya mustahil untuk seorang peternak babi biasa mampu meraup uang dengan sebegitu banyaknya yang artinya butuh effort 1000* usaha untuk mencapai angka 1 triliun, namun disini kekayaan yang dihimpun oleh Qin malah lebih banyak lagi yaitu sekitar 194 triliun yang artinya butuh usaha 194.000x untuk mencapai kekayaan seperti itu.

Hal yang perlu untuk kita sadari bersama bahwa terjadinya peningkatan atau pelemahan mata uang baik itu angka puluhan ribu hingga triliunan rupiah sangat dipengaruhi oleh Inflasi yakni bagaimana makro dan mikroekonomi bekerja. Kenaikan kebutuhan pokok, energi, transportasi-logistik dan lain-lain ikut serta menaikan nilai jual seekor ternak babi namun nilai 1 ekor ternak babi akan tetap utuh dan tidak berubah malah sifatnya bertambah karena pertambahan bobot badan dan reproduksi babi.

Bila kita telisik bersama, kekayaan seorang Qin barulah benar-benar menghebohkan publik disaat momentum kelangkaan stok daging babi di cina terjadi. Seperti yang kita kenal dalam hukum ekonomi bahwa Penawaran berbanding terbalik dengan Permintaan sehingga menjadi momen yang tepat untuk menaikkan harga jual daging babi di saat wabah babi terjadi namun permintaan masih tetap tinggi. Monopoli pasar babi tak bisa terelakkan dan hanya Qin yang mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk berdiri di momen yang paling tepat.

Bagaimana dengan Keadaan Peternakan Indonesia

Menurut hemat saya sebagai seorang Vet setidaknya masih ada 3 komoditi peternakan di Indonesia yang menjadi ladang yang potensial untuk berinvestasi peternakan diantaranya ialah peternakan sapi potong, peternakan sapi perah, dan peternakan babi. Namun terkhusus sektor peternakan babi kemungkinannya hanya bisa dibesarkan di 3 pulau utama di Indonesia yaitu Pulau BaliPulau NTT dan Pulau Papua dengan pertimbangan lebih banyak penduduk minoritasnya.

Diantara sektor peternakan tersebut, sektor peternakan sapi perah dirasa akan menjadi sektor yang paling menjanjikan untuk mengerok pundi-pundi uang lantaran bisa mendapatkan 3 keuntungan secara langsung yaitu susu, daging sapi, dan limbah sapi. Sementara itu, kedua komoditas lainnya hanya bisa menghasilkan daging dan limbah peternakan.

Selain itu, sektor peternakan yang layak dilirik sebagai ladang investasi untuk mendulang uang milyaran rupiah ialah sektor peternakan kambing dan domba yang mana masing-masing dengan keunggulannya seperti kambing yang dapat dimanfaatkan susu, daging dan limbahnya. Domba juga dapat dimanfaatkan rambut, daging dan limbahnya.

Pakan Ternak Babi Mahal!

Pakan mahal hanya untuk komoditi unggas. Pernyataan ini akan sangat bertentangan dengan konsep dunia peternakan yang mewajibkan memenuhi nutrisi ternak sehingga bisa mendapatkan KPI (Key Performance Indeks) dan bisa saja tulisan ini dihujat habis-habisan lantaran pakan ternak tidak akan laku lagi, tapi hal ini bisa saja dilakukan bila skala peternakan berbentuk bisnis dengan kapital yang besar. Namun konsep investasi ternak harus dibuat meminimalkan pengeluaran seminim mungkin bahkan kalo perlu gratis.

Oleh karena itu, memanfaatkan sumber daya genetik lokal sangat disarankan seperti Sapi Bali dan Babi Bali dan ternak lokal lainnya. Pakan ternak ruminansia dapat diakali dengan menanam jenis rumput, hijauan dan kacang-kacangan. Beberapa peternak sapi skala tradisional malah memanfaatkan integrasi antara sapi-sawit atau sapi-kelapa lalu melepas-liarkan ternaknya di dalam sebuah lahan padang penggembalaan yang luas.

Sementara pada ternak babi, anda bisa menggunakan pola pemeliharaan tradisional dengan terlebih dahulu menanam bahan pakan lokal seperti batang pisang, daun kangkung, daun ubi jalar, dan lain-lain. Pola ini menjadi keuntungan dalam memelihara ternak lokal karena daya adaptasinya yang tinggi terhadap sumber pakan dan iklim di negara Indonesia.

Terakhir adalah proteksi ternak anda. Tak dapat dipungkri bahwa permasalahan investasi peternakan bersaing dengan waktu dan Penyakit Hewan sehingga sudah sewajarnya anda mengeluarkan nominal uang untuk vaksinasi ternak anda. Biaya obat pada sektor peternakan hanya sekitar 1-5% saja dan hampir semuanya dialokasikan untuk vaksin penyakit mematikan dan spesifik seperti pada sapi bali Jembrana, Brucellosis, dan Antrax. Pada ternak babi anda wajib memberikan vaksinasi Hog Cholera dan African Swine Fever. Selebihnya, untuk pencegahan dan pengobatan penyakit hewan dapat memiliki Dokter Hewan rekanan di daerah yang tersedia di Kabupaten/Kota setempat.

Pada akhirnya, apa yang diingat dari kita adalah bukan tentang seberapa miskin kita hari ini saat memulai, tetapi seberapa miskin kita di hari kemudian (red: tua). Persoalan tentang bau lumpur, kotoran hewan, dekil, dan lain sebagainya bukan lagi masalah ketika sudah tua tidak harus membebani anak karena telah merdeka secara finansial. Namun tetap ingat bahwa konsep investasi peternakan ialah Compound Interest Ternak Berproduksi sehingga sangat disarankan agar memiliki penghasilan lain sebagai sumber penghidupan sehari-hari.

Lalu apakah Vet tertarik untuk kembali ke desa lalu menjadi peternak dan miliarder desa?

Save The Dates! Don’t Miss it!

The Fundamentals of Animal Nutrition and Feed Formulation this year will be held on bali 08 – 09 May 2023. This training were produce by collaboration from USSEC South East Asia, ADHMI, AITBI and Udayana University. It’s once a year chance, Don’t forget to register in the link below,


With alot of speaker from a lot of speaker that expertise in the field..
here is our rundown for the event.

 

BOOK YOUR SPOT NOW!

360 Degree – Swine Diseases

ADHMI Continuing Education Team bekerjasama dengan CEVA Animal Health telah mengadakan SEMINAR ONLINE , melalui ZOOM & YouTube Livestreaming. Seminar yang dipandu oleh Drh Teresia Metalestari, Moderator Drh Indra Nainggolan bersama Pembicara pakar dari Thailand Metta Makhanon, DVM., Ph.D dengan topik 360 Degree – SWINE DISEASES.

Tujuan:
1. Mengetahui sejumlah penyakit babi mempunyai kecenderungan terjadi berulang sepanjang masa.
2. Mengetahui upaya antisipasi pencegahan penyakit-penyakit babi.
3. Mengetahui pengalaman Pembicara setelah sukses menangani serangan virus ASF di Thailand

Seminar ini telah dilaksanakan pada:

Tanggal / Hari: 17 Desember 2022 / Sabtu
Waktu: Pk 0900 – 1200 WIB

 

Link Rekaman Seminar:

 

Materi Seminar:

360 degree Swine Diseases Dec2022 short HO2

Info dan keterangan lebih lanjut silakan menghubungi drh. Bintang Mas Kamdoro melalui WA# 0812 2610 4142

Penyakit Mulut dan Kuku pada Babi

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah penyakit virus yang sangat menular. Ini adalah penyakit hewan lintas batas atau transboundary animal disease (TAD) yang sangat mempengaruhi produksi ternak dan mengganggu perdagangan hewan dan produk hewan regional dan internasional. Penyakit ini diperkirakan beredar di 77% dari populasi ternak global, di Afrika, Timur Tengah dan Asia, serta di daerah terbatas di Amerika Selatan.

Sepert halnya pada sapi, gejala PMK yang mirip juga teramati pada babi, yaitu ditandai dengan vesikel pada kaki, moncong, dan mulut. Berbagai macam hewan liar dan domestik, terutama mamalia berkaki terbelah, rentan terhadap PMK. Kuda adalah hewan yang resisten terhadap PMK sehingga ini bisa menjadi acuan dalam diagnosa penyakit. Di negara-negara di mana PMK terjadi secara endemik dan populasi babi relatif banyak, maka babi juga beresiko terinfeksi. Semua kelompok umur rentan.

Jika kita melihat sejarah, PMK ini sudah teramati tahun 1546. PMK menyebabkan kerugian besar pada ternak di seluruh dunia, bukan karena jumlah kematian yang terjadi tetapi lebih kepada hilangnya produktivitas ternak. Negara yang terjangkit PMK, akan mengalami embargo ekspor karena produk yang dihasilkan umumnya akan ditolak. Upaya pembebasan terhadap status PMK juga tidak murah, depopulasi seluruh ternak yang bertujuan untuk menghambat penularan secara tidak langsung juga menghancurkan industri babi di negara-negara ini.

Terkait ternak babi, kejadian penyakit vesikular tidak bisa disimpulkan langsung sebagai PMK. Lesi vesikular ini harus dikonfirmasi dengan uji laboratorium karena kemiripan yang ada. Babi perlu mendapatkan perhatian khusus karena mereka lebih rentan terhadap penyakit vesikular daripada spesies ternak lainnya. Selain itu, babi juga bisa berperan dalam penyebaran PMK dengan memproduksi aerosol virus dalam jumlah yang besar.

Apa penyebab dari PMK? Aphthovirus dari keluarga Picornaviridae adalah agen penyakit yang menyebabkan PMK. Setidaknya ada 7 jenis virus yang berbeda secara imunologis, yaitu A, O, C, South African Territory (SAT) 1, 2, 3 dan Asian 1. Lebih dari 60 subtipe virus PMK telah diidentifikasi dan subtipe baru terus berkembang dengan perbedaan antigenik. Hal ini membuat kita untuk terus mengupdate ketersediaan vaksin yang sesuai untuk pengendaliannya. Variasi antigenik virus dan perlindungan silang yang terbatas di antara galur-galur ini mengharuskan kita untuk mempunyai varian vaksin yang beragam, dimana pemilihannya tergantung tantangan yang muncul dilapangan. Vaksin tunggal hampir mustahil mampu melindungi maksimal terhadap semua galur. Oleh karena itu, peran biosekuriti harus dioptimalkan. Disinfektan yang bisa dipilih untuk melawan virus PMK dengan efektif antara lain termasuk natrium hidroksida, asam asetat, atau natrium karbonat.

Penularan virus PMK ini bisa terjadi melalui aerosol pernapasan dan kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Pada kondisi tertentu, penularan secara aerosol bisa terjadi sejauh 30 mil atau sekitar 48 km. Babi yang terinfeksi adalah penyebar virus yang luar biasa, bahkan mereka mampu menghasilkan virus aerosol dengan konsentrasi yang berkali-kali lebih besar daripada sapi atau domba. Babi juga disebut sebagai “amplifier host/hospes penguat” untuk kejadian PMK.

Babi yang terinfeksi mampu menyebarkan virus dalam ekskresi dan sekresinya. Virus PMK juga bertahan untuk jangka waktu yang lama dalam produk daging beku sehingga cukup beresiko terutama jika dikaitkan dengan swill feeding. Konsumsi pakan dari produk asal babi/sisa makanan mentah yang mengandung daging yang terkontaminasi dapat menularkan virus ke ternak dalam waktu yang relatif singkat. Manusia juga bisa menjadi vektor penyebaran sehingga sangat penting untuk menerapkan biosekuriti yang baik.

Catatan penting yang harus kita sadari adalah secara umum ternak ada kemungkinan pulih dari PMK. Ternak yang sembuh ini akan menjadi carrier/pembawa penyakit selama berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun. Hati-hati, karena hewan carrier ini berpotensi menyebarkan virus dan menjadi penyebab munculnya wabah PMK baru. Namun demikian, ternak babi diyakini bukan merupakan agen pembawa virus PMK dalam jangka panjang.

Proses penularan PMK diawali dengan adanya virus yang menempel pada mukosa saluran pernapasan. Makrofag kemudian membawa virus ke epitel, mukosa dan miokardium untuk bereplikasi atau memperbanyak diri sehingga terjadi viremia. Dalam beberapa hari kemudian, vesikel akan berkembang pada moncong, mulut, lidah, dan terutama kaki. Infeksi sekunder bisa terjadi pada kaki beberapa babi dan menyebabkan kepincangan kronis.

Pada sapi, virus PMK juga mempengaruhi epitel kelenjar susu sehingga air susu yang dihasilkan bisa menjadi sumber penularan dalam waktu yang lama. Meskipun belum terbukti, kejadian serupa mungkin saja terjadi pada babi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan hal ini.

Gambar diatas memperlihatkan kondisi jantung babi dengan miokarditis yang disebabkan oleh virus PMK. Otot jantung nampak pucat multifokal baik pada vetrikel kanan maupun kiri. Virus PMK ini sering menyebabkan terjadinya nekrosis atau kematian jaringan pada miokardium yang cukup parah pada anak babi yang baru lahir atau babi umur muda. Hal ini akan mengakibatkan kematian mendadak akibat gagal jantung. Miokardium yang berbintik-bintik membentuk garis ini disebut dengan lesi tiger heart yang cukup berguna dalam proses diagnosa PMK.

Lalu bagaimana tanda-tanda klinis PMK? Bahaya dari virus PMK ini adalah ternak yang tampak sehat bisa saja sudah terpapar tanpa ada gejala yang signifikan. Masa inkubasi 1-5 hari ini terkadang terlambat memberikan signal kepada kita. Ketimpangan sering kali merupakan tanda pertama yang harus diperhatikan yang diikuti dengan kenaikan suhu tubuh akut. Tanda yang umum untuk kasus PMK adalah slobbering dan chomping atau berliur dan gerakan mengunyah. Depresi, kuku lepas dan peningkatan kematian pada anak babi yang masih menyusu juga harus diwaspadai.

Babi bunting dapat terjadi keguguran atau melahirkan anak babi yang lahir mati dan terinfeksi. Kematian mendadak dapat terjadi pada babi yang baru lahir, terkadang sebelum tanda atau lesi terlihat pada babi tersebut. Tahap awal lesi akan tampak pucat dan kecil pada kulit moncong, jaringan lunak kaki, dan mungkin puting susu induk babi yang menyusui. Pada saat gejala klinis mulai nampak, biasanya vesikel atau bula kulit akan teramati. Tanda-tanda berkembang dengan cepat dan morbiditas meningkat dengan cepat. Mortalitas biasanya kurang dari 5% tetapi dapat terjadi kematian yang lebih tinggi pada babi muda.

Pada gambar diatas menunjukkan perkembangan lesi pada kaki babi yang terinfeksi PMK strain Cruzeiro A24 pada 2 hari setelah infeksi (dpi) dan 24 hari setelah infeksi (dpi) dengan inokulasi intraorofaringeal. Gambar A adalah kondisi lesi vesikuler pada 2 dpi dimana epitel menjadi pucat dan meluas ke bola tumit dan kulit interdigitalis dengan demarkasi yang jelas dari kulit normal. Gambar B adalah kondisi saat 24 dpi dimana jaringan parut diskeratosis proliferatif telah menggantikan lapisan epitel yang mengelupas.

Vesikel dan bula berkembang di moncong, di belakang tepi moncong, di nares, di lidah dan bibir, dan pada jaringan lunak kaki. Lesi pada kaki ini lebih sering terjadi, mengakibatkan pengelupasan kuku dan pincang. Lesi jarang terjadi pada vulva, puting susu induk babi, atau skrotum babi jantan. Vesikel biasanya pecah dalam 24 jam dan epidermis superfisial mengelupas untuk menunjukkan hiperemia dan perdarahan pada jaringan di bawahnya. Lesi tanpa komplikasi umumnya sembuh dalam 2 minggu. Kejadian PMK yang parah terutama pada babi muda bisa terlihat area nekrosis miokard yang luas dan berbintik-bintik.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, babi cukup rentan dengan penyakit vesikuler lain yang sulit dibedakan dengan PMK. Oleh karena itu, diagnosa pada babi tidak dapat hanya dengan melihat tanda-tanda klinis dan lesi yang nampak karena gambarannya sangat mirip. Diagnosis banding penyakit virus vesikular pada babi idealnya harus dilakukan uji laboratorium.

Teknik diagnostik yang digunakan meliputi uji serologis untuk mengidentifikasi virus infection-associated antigen (VIA), complement fixation (CF) and enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Selain itu juga test viral antigen, virus isolation (VI) and neutralization (VN), electron microscope (EM) dan studi inokulasi hewan. Uji Polymerase chain reaction (PCR) juga telah dikembangkan dan sering digunakan.

Tidak ada obat untuk PMK.  Deteksi dini dan pemberian support terapi yang didukung biosekuriti yang ketat menjadi hal yang harus dilakukan. Upaya pencegahan PMK tergantung pada kebijakan masing-masing negara. Umumnya peraturan dibuat terkait biosekuriti, yaitu mengatur impor hewan, produk hewani, semen, embrio, dan peraturan yang terkait dengan keamanan vaksin dan produk biologis lainnya. Di negara-negara yang positif PMK, program vaksin secara kontinyu digunakan untuk upaya pencegahan. Selain itu, pengendalian juga bisa dilakukan dengan pengawasan lalu lintas ternak dan proses penyembelihan hewan terinfeksi diikuti dengan penguburan atau pembakaran hewan dan desinfeksi tempat produksi.

Apa strategi yang dilakukan untuk negara yang masih bebas PMK? Tindakan yang harus diupayakan negara-negara yang bebas PMK adalah dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan nasional yang ditegakkan secara ketat. Kontrol atas impor hewan berkuku terbelah dan daging dari hewan harus jelas (country base vs zona base). Virus dapat bertahan di sumsum tulang dan kelenjar getah bening dari bangkai yang terinfeksi selama beberapa minggu. Jika penyakit masuk ke daerah bebas, idealnya kebijakan pemotongan paksa/depopulasi harus diterapkan, semua hewan yang sakit dan kontak disembelih. Lockdown pergerakan hewan diberlakukan dan penelusuran dilakukan untuk memeriksa kemungkinan penyebaran penyakit melalui kontak sebelumnya. Vaksinasi juga dapat digunakan di sekitar wilayah yang terkena agar resiko penyebaran bisa diminimalisir.

Jika peternakan kita berada di zona beresiko PMK, maka kita harus mengambil tindakan pencegahan yang ketat terhadap kontaminasi kawanan ternak. Tantangan terbesar adalah penularan via udara. Babi yang terinfeksi dapat menghasilkan sejumlah besar virus infektif sebagai aerosol. Dalam cuaca kering ketika ada panas yang kuat, virus aerosol dengan cepat dinonaktifkan sehingga angin tidak membawa aerosol infektif terlalu jauh. Jika vaksinasi diizinkan dan kawanan babi berada di daerah berisiko tinggi, sebaiknya kita mempertimbangkan untuk melaksanakan vaksinasi rutin.

Berikut adalah langkah-langkah biosekuriti dasar yang dapat membantu meminimalkan penyebaran penyakit : standarisasi pig flow management, batasi lalu lintas orang dan kendaraan yang berpotensi menjadi sumber penularan, batasi pengunjung ke peternakan atau sediakan sepatu bot serta pakaian khusus sebelum masuk lokasi kandang, sediakan bilik untuk mandi atau minimal cuci tangan, tempatkan foot dips di semua akses penting dengan menggunakan disinfektan. Selalu monitor semua prosedur pembersihan dan desinfeksi, pastikan kendaraan sudah dibersihkan dan didesinfeksi sebelum masuk lokasi peternakan. Lakukan tindakan pencegahan khusus saat pengiriman pakan ataupun saat memuat ternak dengan desinfeksi di semua area pemuatan sebelum dan sesudah digunakan, periksa drainase peternakan dan bersihkan secara menyeluruh.

Setelah kandang dikosongkan, protokol untuk repopulasi dimulai dengan membersihkan fasilitas kandang. Lakukan pembersihan kotoran dan pupuk kandang di semua area menggunakan sapu/sikat lalu semprot dengan air bertekanan rendah dan dilanjutkan dengan tekanan tinggi (750 psi – 2.000 psi) untuk menghilangkan semua kotoran dan bahan organik. Semprotkan pada langit-langit terlebih dahulu, lalu dinding dan terakhir lantai dengan ukuran nozel yang memungkinkan untuk mencuci area yang sulit dijangkau. Bilas semua permukaan untuk menghilangkan akumulasi bahan organik, deterjen bisa menjadi pilihan yang ekonomis. Setelah pembersihan selesai, lakukan proses desinfeksi menyeluruh. Ingat desinfekan akan bekerja optimal pada permukaan yang sudah bersih dari bahan-bahan organik dan juga paling baik dilakukan pada suhu di atas 18°C ​​(65°F), tetapi tidak di atas 43°C (110°F). Aplikasi desinfeksi secara kabut atau aerosol adalah alternatif yang bisa dilakukan untuk lebih menjangkau area yang sulit. Setelah proses desinfeksi selesai, biarkan mengering dan kosongkan area selama beberapa waktu sebelum diisi ternak kembali.

Semoga bermanfaat…

 

Penulis : drh Bintang Mas Kamdoro – Managemen SDM ADHMI

(sumber :  https://rumahternak.com/2022/06/25/penyakit-mulut-dan-kuku-pada-babi/)

 

Affrican Swine Fever dan Classical Swine Fever ( Hog Cholera), Bagaimana Cara Membedakannya ?

Tak dirasa, sudah lebih dari tiga tahun sejak penyakit African Swine Fever (Demam Babi Afrika) mewabah di negara kita Indonesia, bahkan tidak hanya di Indonesia tapi juga di banyak negara lain di dunia (di Afrika, Cina dan Eropa mulai mewabah kembali pada tahun 2018). Babi- babi terjangkit satu persatu dan mewabah di hampir semua wilayah Indonesia. Penularannya sangat cepat dan kasusnya tinggi, meskipun ada juga yang ditemukan kasus ringan dan tidak sampai menyebabkan kematian, namun sangat jarang terjadi.

Penularan bisa terjadi melalui kontak langsung maupun kontaminasi feses, cairan hidung, mulut, urine maupun sperma babi yang terinfeksi ASF, dapat juga melalui caplak Ornithodorus sp. dan vector mekanik lalat kandang (Stomoxys calcitrans)

Mortalitas sangat tinggi (60-100 %),  morbiditasnya juga dapat mencapai 100 %

Menyerang babi semua usia, dan dapat ditularkan oleh vector lalat, tikus dan caplak pada babi (meskipun untuk wilayah Indonesia sendiri, caplak Ornithodorus sp. ini jarang atau hampir tidak dapat ditemukan)

Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit inipun sangat besar, terutama pada peternakan peternakan babi yang SOP biosecurity nya masih belum ketat.

Penyebab penyakit ini adalah large cytoplasmic linear enveloped double stranded  virus DNA dari genus Asfivirus, ukuran 200nm, virus terdiri dari concentric layers : internal core – core shell – inner membrane – capsid dan external enveloped pada extracellular virion.

Virus ini mampu bertahan hidup dalam darah selama 18 bulan dan dalam daging dingin atau beku 15 minggu hingga bertahun tahun.

Virus dapat inaktif pada PH < 3,9 atau > 11,5 dalam medium bebas serum. Serum akan meningkatkan daya tahan virus, missal pada PH 13,4  resistensi bertahan 21 jam tanpa serum namun bisa bertahan 7 hari dengan serum

Virus juga  dapat bertahan di kandang selama 1- 3 bulan.

Masa inkubasi virus ASF berkisar dari 5-15 hari.  Umumnya penyakit ini ditandai dan diawali dengan adanya hilangnya nafsu makan dan babi nampak depresi, kemudian juga disertai demam pada babi 40 hingga 42∙ C, mata memerah dan hidung berair, terjadi konjungtivitis pada mata dan nampak iritasi babi mengalami lethargy dan sulit berdiri, muntah atau diare berdarah dan khas menciri adanya warna kebiruan pada hidung, telinga, ekor dan bagian dalam kaki. Babi bernafas berat dan dalam, perut kelihatan kempes cekung. Pada induk – induk yang bunting juga dijumpai adanya abortus.

Pada pemeriksaan patologi dijumpai adanya kebengkakan pada limpoglandula gastrohepatika dan limpa disertai warna kehitaman dan rapuh

Jika baru fase awal, umumnya penyakit ini sering dikelirukan dengan penyakit Classical Swine Fever (Hog Cholera). Untuk Classical Swine Fever / Hog Cholera (untuk selanjutnya akan kita sebut CSF), gejalanya memang mirip dengan ASF, dijumpai warna kebiruan pada telinga dan beberapa bagian tubuh babi, meskipun demikian virus ini beda dengan ASF.

CSF disebabkan oleh virus RNA genus Flavivirus, family Flaviviridae. Struktur virusnya tidak sekompleks virus ASF, hal ini juga yang mungkin menyebabkan untuk penyakit CSF relative lebih mudah dan lebih cepat dibuat vaksinnya dan cukup berhasil di lapangan, sementara untuk virus ASF, meskipun sudah ada yang berhasil membuat vaksinnya namun masih belum sukses 100 % dalam pencegahan penyakit ASF di lapangan.

Gejala umum pada babi babi yang terinfeksi CSF umumnya hampir sama dengan ASF, seperti adanya warna kebiruan (cyanosis) pada telinga atau bagian- bagian tubuh babi, babi nampak lesu dan tidak nafsu makan, terjadi lethargy dan diare kekuningan, pada induk juga disertai abortus dan yang paling menciri adalah adanya gejala syaraf yang muncul (adanya kejang atau paresis atau kadang dijumpai juga babi penderita CSF yang paddling / gerakan inkoordinasi kaki seperti mengayuh ).

Pertanyaan yang paling sering muncul adalah, “Jadi, bagaimana cara membedakan babi babi yang terinfeksi virus CSF dan babi babi yang terinfeksi virus ASF ?”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penulis akan mencoba merangkum poin – poin penting differensiasi dari kedua penyakit tersebut dalam bentuk tabel dibawah ini supaya lebih mudah dipahami :

 

KETERANGANAFRICAN SWINE FEVERCLASSICAL SWINE FEVER
PenyebabDNA virus, PestivirusRNA virus, Flavivirus
Gangguan pencernaan diareDijumpai diare berdarahDiare berwarna kekuningan, jarang dijumpai diare berdarah
Gangguan syarafTidak dijumpai gejala syarafDijumpai adanya gejala syaraf

 

Demikian poin-poin differensiasi untuk membedakan ASF dan CSF, untuk penegakan diagnosa yang lebih valid lagi tentunya dapat dilakukan dengan isolasi virus dan dilakukan identifikasi melalui metode PCR atau metode lab yang lainnya.

Dengan demikian maka sebagai peternak maupun dokter hewan yang mengampu Kesehatan hewan pada peternakan babi yang diduga terserang virus ASF (maupun CSF) dapat segera mengambil langkah bijak untuk mengatasi dan mencegah penyebaran penyakit tersebut.

 

Penulis : drh Antonia Agnes – Praktisi kesehatan hewan, Konsultan peternakan babi dan Wakil Ketua ADHMI