INVESTASI TERNAK, CARA PASTI MENJADI PETANI MILIARDER
Drh. Suryadi Pappa
Kaya menurut defenisi KBBI mempunyai banyak harta (uang dan sebagainya) dan kebanyakan orang bila ditanyakan cita-citanya ialah ingin menjadi orang kaya. Mencapai kekayaan adalah impian semua orang sehingga dapat menikmati hidup alias hidup yang lebih makmur. Oleh karena itu, ada begitu banyak praktek huru-hara di luar sana yang akan menjanjikan untuk menjadikan anda lebih cepat kaya tidak peduli bagaimana caranya. Temuan kasus investasi bodong, korupsi projek pemerintah serta pembunuhan anggota keluarga agar asuransi dapat dicairkan hanyalah secuil kasus yang kerap kali dilakukan hanya untuk mencapai kekayaan.
Memang ada begitu banyak cara untuk menjadi kaya namun perlu untuk dipertimbangkan kembali bahwa apakah cara tersebut dapat dibenarkan secara moral, etika dan keagamaan. Oleh karena itu, sebagai seorang Vet saya kemudian tertarik untuk mencoba mengulik cara yang dilakukan kebanyakan orang untuk menghimpun kekayaannya dengan tetap memperhatikan rambu-rambu dan etika sosial yang berlaku di masyarakat.
4 Cara Menjadi Kaya Raya
Tom Corley seorang penulis buku Rich Habit: The Daily Success Habits of Wealthy Individuals mengemukakan studinya pada 233 orang dalam kurun waktu 5 tahun mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa setidaknya ada empat jalan yang bisa dilakukan oleh orang kebanyakan bila ingin mencapai sukses dan kekayaan diantaranya ialah:
- Menabung lewat investasi, < 22% orang melakukan ini. Metode ini terbilang lama dan melelahkan namun menjadi jalan termudah dan terpasti untuk menjadi kaya raya melalui metode compound interest (uang yang berputar). Berinvestasi pada sektor keuangan yang menjanjikan return tinggi seperti Saham maupun Cryptocurrency dapat anda lakukan bila profil resiko anda tinggi. Namun buat anda yang tinggal di desa dengan profil resiko yang konservatif dan butuh kepastian maka berinvestasi pada Ternak adalah cara yang lebih logis untuk menjadi seorang miliarder. Kelemahan metode ini adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai kekayaan sangat lama dan perlu usaha ekstra dan berbau kotor untuk seorang peternak.
- Spesialisasi bidang tertentu, ada 19% orang melakukan ini. Menjadi seorang spesialisasi pada bidang tertentu yang diakui dan dibayar dengan tarif premium. Bidang ini dapat dikelompokkan menjadi spesialisasi yang memerlukan legislasi khusus seperti Dokter Spesialis, Lawyers Internasional, dan Aktuaris. Serta bidang tertentu tanpa legislasi khusus namun diakui kepakarannya seperti Chef, Presenter, Programmer, Entertainer, Aktor, Artis, dan lain-lain. Jalan ini terbilang sulit karena harus mendedikasikan dirinya puluhan tahun dibidang tersebut untuk benar-benar diakui kepakarannya. Celakanya sudah tidak ada jalan untuk kembali ketika menceploskan diri ke bidang tersebut sehingga disiplin yang tinggi, komitmen dan belajar yang sungguh sangat diperlukan.
- Panjat karir, sekitar 31% orang melakukannya. Pilihan ini dilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai posisi strategis di perusahaan sehingga mendapatkan income yang tergolong tinggi seperti Manajer hingga Direktur. Jeleknya orang-orang akan melakukan beragam cara yang jelek hingga melakukan fitnah dan menjatuhkan sesama rekan kerja hanya untuk diakui kapasitasnya oleh seorang pimpinan atau bos.
- Pemimpi, ada sekitar 28% orang-orang yang bermimpi dan melakukannya. Tipe ini penuh dengan resiko dan umumnya melakukan praktek jual-beli atau yang dikenal dengan profesi Pedagang ataupun Pengusaha. Cara ini paling beresiko dan kemungkinan gagalnya sudah pasti terjadi sehingga dibutuhkan mental yang kuat untuk bekerja gila-gilaan, bertahan dalam krisis serta pivot ke industri lain ketika industri telah berganti. Umumnya perusahaan akan berganti atau bisa saja mati di usia < 10 – 15 tahun sehingga anda harus bersiap untuk pivot.
Untuk seorang Petani, kemungkinan untuk menjadi kaya raya hanya dapat dilakukan melalui poin 1 dan poin 4 namun resiko yang ditanggung pada poin 4 sangat tinggi untuk seorang petani yang berkekurangan modal. Apalagi bila melihat potensi merugi dan effort yang dia keluarkan kian menjadi tidak masuk akal untuk dikerjakan sehingga mengambil langkah konservatif dan pasti adalah cara paling mudah dan teraman untuk mengamankan kekayaan di masa tua.
Ingat, Ternak adalah Mata Uang yang Sebenarnya
Pada tahun 2019 kita mungkin dikagetkan dengan dengan kondisi ambruknya ekonomi Cina akibat penyakit ASF (African Swine Fever) sehingga menyebabkan kelangkaan daging babi di negeri tirai bambu tersebut. Dampak baik malah berpihak pada Qin Yinglin yang saat itu menjadi seorang peternak babi tiba-tiba menjadi salah satu orang terkaya fersi forbes dengan total kekayaan ditaksir setara dengan 194 triliun rupiah.
Qin Yinglin memulai usaha peternakan babinya dari modal awal sekitar 23 babi dan telah menjadi triliuner di usia 54 tahun. Kira-kira bagaimana caranya? Apakah memang dia memiliki kapital yang lebih besar atau melakukan monopoli pasar. Oleh karena itu, sebagai seorang Vet menarik untuk mengulik tentang bagaimana pengalaman seorang Qin Yinglin menghimpun pundi-pundi kekayaannya.
Jauh sebelum uang kertas berlaku di dunia ini, dahulu kala orang-orang telah mempercayai ternak dan logam mulia sebagai salah satu mata uang yang dapat dipertukar-jualbelikan. Sifat ternak ini tergolong unik karena nilainya akan tetap Stabil sekalipun negeri ini dilanda bencana maupun krisis seperti krisis energi atau krisis pangan sama seperti logam mulia Emas dan Perak.
Tapi logam mulia nilainya tidak bertambah maupun berkurang sementara keunikan ternak ialah nilainya malah bertambah seiring dengan pertambahan bobot badan dan masih mampu bereproduksi karena ternak adalah makhluk hidup. Itulah sebabnya dimasa lalu, profesi sebagai Penggembala atau Peternak begitu populer dan terkenal karena kekayaannya dapat dihitung lewat jumlah ternaknya.
Walaupun cara ini masih relevant hingga saat ini, sudah cukup banyak milenial dan gen-z yang memilih untuk tidak berprofesi sebagai peternak karena banyak pertimbangan seperti bekerja di sektor peternakan itu bau, kotor, kolot, kucel, hingga miskin. Faktor modal yang besar, kebutuhan makin banyak dan mendesak, serta tuntutan keluarga apalagi sudah sarjana menjadi sebab untuk meninggalkan dunia pertanian.
Bila kita estimasikan Qin Yinglin saat itu baru lulus dari perguruan tinggi dengan umur 25 tahun, kemudian untuk mencari modal usaha ia bekerja pada perusahaan selama 2 tahun sehingga ia baru benar-benar memulai usaha peternakannya di usia 27 tahun maka ada gap 27 tahun waktu yang dibutuhkan oleh Qin untuk menjadi seorang triliuner di usia 54 tahun.
Bila kita estimasikan:
23 ekor babi Qin adalah 1 induk dan 1 pejantan maka; ada sekitar 12 ekor betina dan 11 ekor pejantan, sehingga dalam kurun waktu 27 tahun diperoleh, estimasi induk yang diternakkan tidak produktif sehingga anaknya sekali melahirkan 5 ekor dalam setahun, induk babi mampu melahirkan 2 kali setahun
- 12 ekor induk * 5 ekor anak * 2 kali melahirkan setahun = 120 ekor anak babi
- 120 ekor * 27 tahun = 3240 ekor anak babi
dengan mengambil pertimbangan anak babi dihargai harga termurah Rp 500,000 * 3240 ekor = 1,62 milyar
Note! Kalkulasi belum menghitung pertambahan bobot badan dan penambahan jumlah induk babi.
Lalu Bagaimana Cara Qin Mencapai Triliuner?
1 Triliun = 1.000 milyar
Bila kita kalkulasikan rasanya mustahil untuk seorang peternak babi biasa mampu meraup uang dengan sebegitu banyaknya yang artinya butuh effort 1000* usaha untuk mencapai angka 1 triliun, namun disini kekayaan yang dihimpun oleh Qin malah lebih banyak lagi yaitu sekitar 194 triliun yang artinya butuh usaha 194.000x untuk mencapai kekayaan seperti itu.
Hal yang perlu untuk kita sadari bersama bahwa terjadinya peningkatan atau pelemahan mata uang baik itu angka puluhan ribu hingga triliunan rupiah sangat dipengaruhi oleh Inflasi yakni bagaimana makro dan mikroekonomi bekerja. Kenaikan kebutuhan pokok, energi, transportasi-logistik dan lain-lain ikut serta menaikan nilai jual seekor ternak babi namun nilai 1 ekor ternak babi akan tetap utuh dan tidak berubah malah sifatnya bertambah karena pertambahan bobot badan dan reproduksi babi.
Bila kita telisik bersama, kekayaan seorang Qin barulah benar-benar menghebohkan publik disaat momentum kelangkaan stok daging babi di cina terjadi. Seperti yang kita kenal dalam hukum ekonomi bahwa Penawaran berbanding terbalik dengan Permintaan sehingga menjadi momen yang tepat untuk menaikkan harga jual daging babi di saat wabah babi terjadi namun permintaan masih tetap tinggi. Monopoli pasar babi tak bisa terelakkan dan hanya Qin yang mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk berdiri di momen yang paling tepat.
Bagaimana dengan Keadaan Peternakan Indonesia
Menurut hemat saya sebagai seorang Vet setidaknya masih ada 3 komoditi peternakan di Indonesia yang menjadi ladang yang potensial untuk berinvestasi peternakan diantaranya ialah peternakan sapi potong, peternakan sapi perah, dan peternakan babi. Namun terkhusus sektor peternakan babi kemungkinannya hanya bisa dibesarkan di 3 pulau utama di Indonesia yaitu Pulau Bali, Pulau NTT dan Pulau Papua dengan pertimbangan lebih banyak penduduk minoritasnya.
Diantara sektor peternakan tersebut, sektor peternakan sapi perah dirasa akan menjadi sektor yang paling menjanjikan untuk mengerok pundi-pundi uang lantaran bisa mendapatkan 3 keuntungan secara langsung yaitu susu, daging sapi, dan limbah sapi. Sementara itu, kedua komoditas lainnya hanya bisa menghasilkan daging dan limbah peternakan.
Selain itu, sektor peternakan yang layak dilirik sebagai ladang investasi untuk mendulang uang milyaran rupiah ialah sektor peternakan kambing dan domba yang mana masing-masing dengan keunggulannya seperti kambing yang dapat dimanfaatkan susu, daging dan limbahnya. Domba juga dapat dimanfaatkan rambut, daging dan limbahnya.
Pakan Ternak Babi Mahal!
Pakan mahal hanya untuk komoditi unggas. Pernyataan ini akan sangat bertentangan dengan konsep dunia peternakan yang mewajibkan memenuhi nutrisi ternak sehingga bisa mendapatkan KPI (Key Performance Indeks) dan bisa saja tulisan ini dihujat habis-habisan lantaran pakan ternak tidak akan laku lagi, tapi hal ini bisa saja dilakukan bila skala peternakan berbentuk bisnis dengan kapital yang besar. Namun konsep investasi ternak harus dibuat meminimalkan pengeluaran seminim mungkin bahkan kalo perlu gratis.
Oleh karena itu, memanfaatkan sumber daya genetik lokal sangat disarankan seperti Sapi Bali dan Babi Bali dan ternak lokal lainnya. Pakan ternak ruminansia dapat diakali dengan menanam jenis rumput, hijauan dan kacang-kacangan. Beberapa peternak sapi skala tradisional malah memanfaatkan integrasi antara sapi-sawit atau sapi-kelapa lalu melepas-liarkan ternaknya di dalam sebuah lahan padang penggembalaan yang luas.
Sementara pada ternak babi, anda bisa menggunakan pola pemeliharaan tradisional dengan terlebih dahulu menanam bahan pakan lokal seperti batang pisang, daun kangkung, daun ubi jalar, dan lain-lain. Pola ini menjadi keuntungan dalam memelihara ternak lokal karena daya adaptasinya yang tinggi terhadap sumber pakan dan iklim di negara Indonesia.
Terakhir adalah proteksi ternak anda. Tak dapat dipungkri bahwa permasalahan investasi peternakan bersaing dengan waktu dan Penyakit Hewan sehingga sudah sewajarnya anda mengeluarkan nominal uang untuk vaksinasi ternak anda. Biaya obat pada sektor peternakan hanya sekitar 1-5% saja dan hampir semuanya dialokasikan untuk vaksin penyakit mematikan dan spesifik seperti pada sapi bali Jembrana, Brucellosis, dan Antrax. Pada ternak babi anda wajib memberikan vaksinasi Hog Cholera dan African Swine Fever. Selebihnya, untuk pencegahan dan pengobatan penyakit hewan dapat memiliki Dokter Hewan rekanan di daerah yang tersedia di Kabupaten/Kota setempat.
Pada akhirnya, apa yang diingat dari kita adalah bukan tentang seberapa miskin kita hari ini saat memulai, tetapi seberapa miskin kita di hari kemudian (red: tua). Persoalan tentang bau lumpur, kotoran hewan, dekil, dan lain sebagainya bukan lagi masalah ketika sudah tua tidak harus membebani anak karena telah merdeka secara finansial. Namun tetap ingat bahwa konsep investasi peternakan ialah Compound Interest Ternak Berproduksi sehingga sangat disarankan agar memiliki penghasilan lain sebagai sumber penghidupan sehari-hari.
Lalu apakah Vet tertarik untuk kembali ke desa lalu menjadi peternak dan miliarder desa?